Monday, April 10, 2006

KIAT MENGENAL CALON TANPA PACARAN

Untuk mengenal calon tanpa pacaran dapat kita ketahui
melalui cara-cara yang efektif, yaitu :

1.Bertanyalah kepada orang yang dianggap paling dekat
dengan calon tersebut yang dapat dipercaya sehingga
Insya Allah informasi yang kita dapatkan cukup
objektif. Dari sinilah kita dapat mengenali
sifat-sifat yang tidak nampak dalam tampil sekejap dan
sifat-sifat ini penting bagi yang ingin membangun
rumah tangga bersama. Dalam sebuah syair diungkapkan "
Jika kamu ingin bertanya tentang seseorang tanyalah
kepada orang terpercaya yang paling dekat dengan orang
tersebut (sahabat), karena orang yang saling
bersahabat itu saling mempengaruhi".
Namun untuk mengetahui penampilan/fisiknya tentu
dengan melihat dan cara melihatnya tanpa
sepengatahuannya.

2.Untuk mendapatkan kemantapan, lakukanlah sholat
istikharah dan mohonlah kepada Allah karena Dia yang
paling tahu mana yang terbaik untuk kita. Rasulullah
saw bersabda : "Kalau anda menginginkan sesuatu maka
lakukan salat dua rakaat, rakaat awal setelah membaca
al-Fatihah membaca al-Kafirun dan pada rakaat kedua
surat al-ikhlas lalu berdoa...... ( doa istiharah).

3.Setelah memiliki kecendrungan yang kuat untuk
mempersunting maka langkah selanjutnya adalah
perkenalan (ta'aruf) antar keduanya secara lebih dekat
yaitu secara langsung, namun tetap menjaga norma-norma
Islam.

4.Setelah itu, maka diteruskan dengan proses
berikutnya sampai akad nikah. Tentu dalam hal ini
kedua keluarga memiliki kontibusi yang sangat dominan.
Karena keterangan no 1-3 baru menjelaskan bagaimana
mengenali sang calon tanpa pacaran.

5.Kenapa untuk mengenali sifat-sifat calon tidak
melalui pacaran terlebih dahulu ? Karena Pernikahan
yang diawali dengan pacaran dapat diibaratkan membeli
buku yang dijadikan contoh(sample) dari jenis buku
yang mahal. Umumnya buku yang seperti ini di toko-toko
buku dibungkus dengan plastik rapat disertai
peringatan yang bertuliskan Membuka berarti membeli'
sehingga bagi para
pembeli untuk mengenali buku tersebut secara
terperinci ada dua pilihan, yaitu pertama, dengan
membuka buku tersebut dan membacanya, akibatnya buku
tersebut sangat
lecek dan makin lusuh bila semakin banyak orang yang
membacanya. Akhirnya hampir semua pembeli menolak
untuk menerimanya sebagai barang beliannya kecuali
sangat memaksa. Membeli buku seperti inilah ibarat
pernikahan yang diawali dengan pacaran. Pilihan kedua,
karena buku tersebut mahal terbungkus rapi dan
membukanya adalah berarti membeli maka untuk
mengetahui isinya sang pembeli bertanya kepada petugas
melalui katalog komputer atau terlebih dahulu bertanya
kepada orang yang telah memiliki dan membacanya
sehingga dia memperoleh buku yang benar-benar baru
belum pernah disentuh oleh siapapun termasuk
pembelinya. Inilah ibarat orang yang menikah dengan
tidak proses pacaran tadi.

Pada interval menanti hingga akad nikah nanti memang
sering terjadi rindu kangen dan seterusnya. Rindu yang
seperti ini merupakan kerinduan yang menjadi
kesempurnaan sifat manusia. Kerinduan yang tidak mampu
di tolak oleh manusia itu sendiri.

Imam Ibnu Qoyyim mengkatagorikan sebagai rindu yang
sah-sah saja terjadi pada setiap manusia dan manusia
tidak mampu memilikinya dan menolaknya, sepanjang
tidak dibawa oleh kerinduan tersebut kepada ma`siat
kepada Allah bahkan kita bersabar untuk menahannya
maka hal itu tidak apa-apa dan itulah rindu yang
karena Allah.

Tetapi jika rindu tersebut justru yang membawa kita ke
jalan hawa nafsu itulah rindu karena hawa nafsu bukan
karena Allah. Wallahu `alam

0 Comments:

Post a Comment

<< Home